Pasar Spot Bitcoin Mengering: Pembelian Gila-gilaan di Luar Bursa Picu Kenaikan
📷 Image source: bitcoinist.com
Likuifikasi Bitcoin di Bursa Menipis
Data On-Chain Mengungkap Tren yang Tak Terbendung
Bitcoin bukan lagi sekadar aset digital—ia kini menjadi buruan yang semakin langka. Data terbaru dari Glassnode menunjukkan bahwa likuiditas BTC di bursa spot telah menyusut ke level terendah dalam lima tahun terakhir. Hanya tersisa sekitar 2,3 juta BTC yang siap diperdagangkan di platform seperti Binance dan Coinbase.
Apa artinya ini? Ketika pasokan di bursa menipis, hukum ekonomi dasar berlaku: kelangkaan mendorong harga naik. Tetapi yang menarik, ini bukan sekadar spekulasi. Pelaku pasar—dari whale hingga investor ritel—secara masif memindahkan koin mereka ke cold storage. Mereka tidak ingin menjual. Mereka menimbun.
Whale dan ETF: Dua Kekuatan yang Menyedot Pasokan
Siapa yang Membeli dan Mengapa Mereka Tak Mau Melepas?
Pertama, mari bicara tentang para whale. Alamat yang memegang lebih dari 1.000 BTC—sekitar $60 juta pada harga saat ini—telah menambah kepemilikan mereka sebesar 8% hanya dalam tiga bulan terakhir. Ini bukan aksi spekulatif. Ini adalah akumulasi jangka panjang.
Kedua, ada efek Bitcoin ETF. Produk-produk seperti BlackRock’s IBIT dan Fidelity’s FBTC telah menyedot lebih dari 500.000 BTC dari pasar sejak diluncurkan awal tahun ini. Mereka membeli, tapi tidak pernah menjual. Hasilnya? Tekanan beli yang konstan di tengah pasokan yang terus mengering.
Dampak pada Pasar: Volatilitas atau Lonjakan Stabil?
Apa yang Bisa Diharapkan Trader dan Investor
Situasi ini adalah bensin yang siap menyulut api kenaikan harga. Dengan hanya 12% dari total suplai BTC yang masih beredar di bursa, goncangan likuiditas bisa terjadi kapan saja. Ingat Maret 2023 ketika Bitcoin melonjak 45% dalam sebulan? Itu terjadi saat likuiditas bursa mencapai level kritis seperti sekarang.
Tapi ada paradoks di sini. Semakin banyak orang menimbun, semakin sedikit Bitcoin yang tersedia untuk diperdagangkan. Ini bisa memicu volatilitas ekstrem—baik ke atas maupun ke bawah—ketika pasar bereaksi terhadap berapa pun BTC yang masih tersisa di order book.
Masa Depan Bitcoin: Apakah $100.000 Hanya Masalah Waktu?
Analis Memperdebatkan Skenario Bullish vs. Koreksi Tajam
PlanB, pencipta model Stock-to-Flow yang terkenal, bersikeras bahwa Bitcoin akan mencapai $100.000 sebelum akhir 2024. Argumennya sederhana: permintaan terus naik, pasokan terus turun. Tapi tidak semua orang setuju.
Beberapa analis seperti Willy Woo memperingatkan tentang ‘koreksi likuiditas’—penurunan harga sementara ketika trader kehabisan modal untuk mendorong kenaikan lebih lanjut. Namun, Woo juga menegaskan bahwa tren makro tetap bullish. ‘Ini seperti gelombang pasang,’ katanya dalam wawancara baru-baru ini. ‘Mungkin ada arus balik, tapi arahnya sudah jelas.’
Apa yang Harus Dilakukan Investor Kecil?
Strategi di Tengah Perang Akumulasi Para Raksasa
Untuk investor ritel, situasi ini sekaligus menjanjikan dan menantang. Di satu sisi, tren akumulasi oleh institusi dan whale adalah sinyal kuat untuk tetap hold. Di sisi lain, likuiditas yang rendah berarti harga bisa bergerak tajam dengan sedikit trigger.
Pakar seperti Lyn Alden menyarankan dollar-cost averaging (DCA) sebagai cara untuk menghindari jebakan volatilitas. ‘Jangan mencoba memprediksi puncak atau dasar,’ katanya. ‘Bitcoin adalah permainan jangka panjang.’
Satu hal yang pasti: pasar spot Bitcoin tak lagi seperti dulu. Ini bukan arena untuk trading harian, tapi medan perang akumulasi—dan mereka yang memegang koin paling lama akan menjadi pemenangnya.
#Bitcoin #Kripto #EkonomiDigital #Investasi #Blockchain

