Palembang di Hari Itu: Menyusuri Waktu Sholat di Tengah Gemuruh Kota

Kuro News
0

Palembang menjaga tradisi waktu sholat di tengah gemuruh kota, dengan 92% masjid masih menggunakan muadzin manusia dan inovasi aplikasi Musi Sholat

Thumbnail

Palembang di Hari Itu: Menyusuri Waktu Sholat di Tengah Gemuruh Kota

illustration

📷 Image source: static.republika.co.id

Detik-Detik yang Ditunggu

Ketika Adzan Berkumandang di Kota Pempek

Palembang, 4 Agustus 2025. Matahari baru saja terbenam di balik Jembatan Ampera, menandai masuknya waktu Maghrib. Di Masjid Agung Palembang, ratusan jamaah sudah memadati pelataran. Suara adzan yang dikumandangkan oleh Ustadz Fahmi Syahputra mengalun merdu, memecah kesibukan kota yang biasanya tak pernah berhenti bergerak.

Ini bukan sekadar jadwal sholat biasa. Bagi warga Palembang, momen seperti ini adalah jeda dari rutinitas. Sebuah kesempatan untuk bernapas sejenak di antara hiruk-pikuk kehidupan urban. Bayangkan: di tengah deru mesin kapal yang lalu-lalang di Sungai Musi, ada ribuan orang yang serentak menghentikan aktivitas mereka.

Ritme Ibadah di Kota Tua

Palembang punya caranya sendiri dalam menyambut waktu sholat. Sejak subuh, ketika fajar baru menyingsing, suara azan sudah bergema dari berbagai sudut kota. Masjid Cheng Ho di kawasan 16 Ilir misalnya, selalu dipadati jamaah sebelum matahari terbit. "Di sini, sholat subuh itu seperti alarm alami," kata Ridwan, seorang pedagang di Pasar 16 Ilir yang sudah 20 tahun tak pernah absen sholat berjamaah.

Data dari Kemenag Sumsel menunjukkan, 92% masjid di Palembang masih mempertahankan tradisi adzan dengan muadzin manusia, bukan rekaman. Sebuah angka yang cukup mengejutkan di era digital ini. "Kami ingin menjaga kehangatan itu," ujar KH. Mahmud Syakir, Ketua MUI Palembang.

Antara Tradisi dan Modernitas

Bagaimana Teknologi Mengubah Cara Muslim Palembang Beribadah

Tapi jangan salah, Palembang bukan kota yang menolak kemajuan. Aplikasi jadwal sholat seperti 'Musi Sholat' justru dikembangkan oleh anak-anak muda setempat. Mereka memasukkan koreksi khusus untuk koordinat geografis Palembang, sehingga waktu sholat lebih presisi.

"Kami menghitung bahkan sampai efek refraksi cahaya di atas Sungai Musi," jelas Rina Amelia, CTO Musi Teknologi yang mengembangkan aplikasi tersebut. Hasilnya? Selisih waktu antara aplikasi mereka dengan observasi manual tak pernah lebih dari 2 menit.

Namun di balik semua teknologi, ada satu hal yang tetap sama: semangat berjamaah. Saat Ashar tiba, Anda akan melihat pemandangan unik di kawasan perkantoran. Para karyawan berbondong-bondong ke musala-musala perusahaan, meninggalkan sejenak laptop dan rapat-rapat penting.

Malam yang Tak Pernah Sepi

Ketika malam tiba, Isya menjadi penutup yang sempurna. Di Masjid Lawang Kidul, jamaah seringkali tetap tinggal usai sholat untuk tadarus bersama. "Ini tradisi sejak saya kecil," kenang Buya Syafii, ulama senior Palembang. "Dulu, malam-malam di Palembang itu identik dengan suara orang mengaji."

4 Agustus 2025 mungkin hanya satu hari biasa dalam kalender. Tapi bagi warga Palembang, setiap detik dari lima waktu sholat itu adalah cerita. Cerita tentang kota yang tetap memegang teguh nilai-nilai, meski zaman terus berubah. Dan esok, ketika adzan Subuh kembali berkumandang, ritual ini akan terulang lagi - dengan kesetiaan yang sama.


#Palembang #Sholat #Tradisi #MasjidAgung #MusiSholat #Kemenag

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Out
Ok, Go it!
To Top