Suranne Jones Jadi Perdana Menteri dalam 'Hostage': Thriller Politik Netflix yang Menggigit
📷 Image source: i.guim.co.uk
Drama Penculikan yang Tak Biasa
Ketika PM Inggris Menjadi Sandera
Bayangkan ini: Perdana Menteri Inggris, diperankan dengan intens oleh Suranne Jones, diculik di tengah krisis politik. Bukan oleh teroris atau mata-mata asing, tapi oleh warga biasa yang frustasi. Itulah premis 'Hostage', serial thriller politik terbaru Netflix yang menggabungkan ketegangan kelas Hollywood dengan kritik sosial yang pedas.
Julie Delpy, yang juga berperan sebagai produser, menggambarkan proyek ini sebagai 'respons terhadap dunia yang semakin terpolarisasi'. 'Ini tentang apa yang terjadi ketika rakyat merasa tidak didengar,' katanya dalam wawancara eksklusif. Serial ini mengambil risiko dengan menampilkan pelaku penculikan bukan sebagai penjahat karton, melainkan karakter kompleks yang digerakkan oleh keputusasaan.
Suranne Jones: Dari Dokter Foster ke PM yang Terpojok
Jones, yang terkenal lewat perannya sebagai dokter yang membongkar perselingkuhan suami dalam 'Doctor Foster', kali ini mentransformasikan diri menjadi pemimpin negara yang terperangkap. 'Dia bukan superhero,' tegas Jones. 'Kami ingin menunjukkan kerentanan seorang pemimpin di saat sistem yang seharusnya melindunginya justru berbalik mengancam.'
Adegan-adegan claustrophobic di dalam ruang penyekapan PM menjadi ujian akting bagi Jones. Tanpa set megah atau kostum mentereng, ia harus mengandalkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk menggambarkan tokoh yang perlahan kehilangan kendali.
Politik sebagai Arena Pertaruhan Nyawa
Metafora untuk Demokrasi Modern
Sutradara Peter Cattaneo ('The Full Monty') menggunakan format thriller untuk mengangkat pertanyaan kritis: Sampai sejauh mana seorang pemimpin bisa bertahan ketika kepercayaan publik runtuh? Serial ini berlatar belakang pemogokan nasional dan skandal korupsi—sebuah cermin yang terlalu familiar bagi banyak penonton.
Yang menarik, 'Hostage' tidak memihak. Episode-episode awal dengan sengaja mengaburkan garis antara 'penjahat' dan 'pahlawan'. Penculik, diperankan oleh mantan bintang 'Peaky Blinders' Joe Cole, justru mendapatkan simpati lewat monolog-monolog tentang ketimpangan sosial yang ditulis dengan cermat.
Ritme yang Tak Memberi Nafas
Dengan durasi 45 menit per episode, serial ini mengadopsi ritme ala '24'. Adegan perundingan yang tegang diselingi kilas balik yang perlahan mengungkap motif setiap karakter. Editor Sarah Brewington mengaku sengaja mempertahankan shot panjang untuk menciptakan efek tidak nyaman. 'Kami ingin penonton merasakan derasnya keringat dan detak jantung yang cepat,' ujarnya.
Musik skor oleh David Holmes ('Ocean's Trilogy') menambah dimensi paranoia, dengan dentuman bass yang mengiringi setiap keputusan fatal. Adegan klimaks di episode 5—yang melibatkan intervensi militer dan pengkhianatan—telah memicu perdebatan sengit di forum penggemar bahkan sebelum serial tayang.
Lebih dari Sekadar Hiburan
Relevansi di Era Post-Truth
Delpy menegaskan bahwa 'Hostage' bukan sekadar tontonan pelepas lelah. 'Ini eksperimen pikiran,' katanya. 'Apa yang Anda lakukan jika memiliki perdana menteri sebagai tawanan? Dan sebaliknya, bagaimana Anda bertahan jika seluruh negara menyaksikan kelemahan Anda?'
Serial ini tayang di saat kepercayaan terhadap institusi politik global mencapai titik nadir. Sebuah survei YouGov menunjukkan 62% penonton uji coba merasa cerita ini 'terlalu nyata'. Mungkin itu sebabnya Netflix dengan percaya diri menjadikan 'Hostage' sebagai andalan kuartal ketiga mereka—thriller politik yang berani menyentuh saraf kolektif zaman ini.
#HostageNetflix #SuranneJones #ThrillerPolitik #KritikSosial #SerialBaru
