Harga Listrik Melambung Tinggi, dan AI Jadi Kambing Hitam
📷 Image source: gizmodo.com
Lonjakan Tagihan yang Tak Terduga
Dari Server ke Stop Kontak
Pernah membuka tagihan listrik dan merasa seperti terkena pukulan? Anda tidak sendirian. Di seluruh dunia, harga listrik merangkak naik dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Tapi kali ini, tersangka utamanya bukanlah kenaikan harga gas alam atau kebijakan energi yang berantakan.
AI—ya, kecerdasan buatan yang sama yang menjanjikan efisiensi dan kemudahan—ternyata menghisap daya listrik seperti vampir yang tak pernah kenyang. Pusat data raksasa, yang menjadi tulang punggung ChatGPT, MidJourney, dan model generatif lainnya, membutuhkan energi dalam skala yang sebelumnya tak terbayangkan.
Raksasa Digital yang Haus Daya
Berapa Banyak Listrik yang Dibutuhkan untuk Satu Prompt?
OpenAI, Microsoft, Google, dan raksasa teknologi lainnya berlomba membangun model AI yang semakin besar dan kompleks. Pelatihan GPT-4, misalnya, diperkirakan menghabiskan listrik setara dengan konsumsi tahunan 1.000 rumah tangga AS. Dan itu baru tahap pelatihan.
Setiap kali Anda meminta DALL-E untuk menggambar "kucing bermain saksofon di bulan", serangkaian server super panas bekerja keras, mengeluarkan energi yang bisa menyalakan bohlam selama berjam-jam. Permintaan akan komputasi awan (cloud computing) untuk AI tumbuh eksponensial, dan jaringan listrik tradisional kewalahan.
Dampak Riil di Dunia Nyata
Ketika Teknologi Bertabrakan dengan Infrastruktur Tua
Di Texas, di mana pusat data AI banyak dibangun, warga mulai merasakan dampaknya. Selama gelombang panas 2023, permintaan listrik untuk mendinginkan server AI hampir memicu pemadaman bergilir. Harga grosir listrik melonjak 400% dalam beberapa kasus.
Negara-negara Eropa yang berkomitmen pada energi hijau justru terpaksa menghidupkan kembali pembangkit batu bara untuk memenuhi kebutuhan pusat data. Ironisnya, banyak perusahaan AI yang mengklaim peduli lingkungan sambil membangun server farm di wilayah yang masih bergantung pada bahan bakar fosil.
Masa Depan yang Gelap (atau Terang Benderang?)
Antara Solusi dan Dilema
Beberapa perusahaan mulai mencari jalan keluar. Microsoft bereksperimen dengan reaktor nuklir kecil untuk pusat data mereka. Google mencoba menempatkan server di laut untuk pendinginan alami. Tapi solusi-solusi ini masih tahunan jauh dari implementasi massal.
Sementara itu, para analis memprediksi bahwa tanpa terobosan efisiensi energi yang signifikan, AI bisa menyedot hingga 20% pasokan listrik global pada 2030. Pertanyaannya: apakah kita bersedia membayar tagihan listrik yang lebih tinggi untuk setiap hasil pencarian, gambar AI, atau rekomendasi algoritmik?
Mungkin sudah waktunya bertanya—seberapa "cerdas" sebenarnya kecerdasan buatan jika biaya lingkungan dan ekonominya justru membebani masyarakat?
#AI #Energi #Teknologi #Listrik #Lingkungan

