Brad Garlinghouse Tegaskan: Ripple Tak Akan Luncurkan Stablecoin Senilai $200 Juta
📷 Image source: u.today
Gelombang Spekulasi yang Menggegerkan
Dari Bisik-bisik ke Viral
Selama seminggu terakhir, komunitas kripto digegerkan oleh kabar burung bahwa Ripple, perusahaan di balik XRP, bersiap meluncurkan stablecoin senilai $200 juta. Isu ini memicu spekulasi liar, terutama karena Ripple memang tengah aktif berekspansi ke sektor pembayaran lintas batas.
Sumber anonim di forum Reddit dan Telegram mengklaim proyek ini melibatkan mitra perbankan besar. Beberapa bahkan menyebut nama-nama seperti Bank of America dan Standard Chartered, meski tanpa bukti konkret. Harga XRP sempat melonjak 8% sebelum akhirnya terkoreksi.
Sanggahan Tegas dari Sang CEO
"Itu Hoax"
Brad Garlinghouse, CEO Ripple, tak butuh waktu lama untuk merespons. Dalam cuitan tajam di akun Twitter-nya, ia menyebut rumor tersebut sebagai "fantasi yang dibuat-buat".
"Saya tidak tahu dari mana angka $200 juta itu muncul. Jika kami punya pengumuman resmi, itu akan datang langsung dari saluran resmi Ripple," tulis Garlinghouse pada 15 Mei 2023. Pernyataan ini sekaligus memadamkan ekspektasi berlebihan dari para investor.
Analis seperti Messari Crypto langsung menurunkan laporan khusus, menyimpulkan bahwa Ripple saat ini lebih fokus pada pengadilan dengan SEC daripada meluncurkan produk baru.
Mengapa Stablecoin Jadi Sensitif?
Pertaruhan Reputasi di Tengah Perang Regulasi
Stablecoin bukan sekadar produk biasa bagi Ripple. Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini masih berkutat dalam gugatan hukum dengan SEC sejak Desember 2020. Peluncuran stablecoin bisa diinterpretasikan sebagai provokasi, mengingat regulator AS kerap mencap stablecoin sebagai "surat berharga tak terdaftar".
David Schwartz, CTO Ripple, dalam podcast TechCrunch pekan lalu mengisyaratkan kehati-hatian. "Kami memprioritaskan kepatuhan di atas segala hal. Setiap langkah harus melalui konsultasi hukum yang ketat," ujarnya.
Pakar regulasi blockchain, Eleanor Terrett dari Fox Business, mencatat bahwa Ripple kemungkinan menunggu kepastian hukum sebelum meluncurkan aset digital baru.
Dampak pada Pasar dan Komunitas XRP
Efek Domino yang Terasa
Reaksi pasar terbilang unik. Meski rumor terbantahkan, volume perdagangan XRP tetap tinggi—naik 22% dalam 24 jam pasca-sanggahan Garlinghouse. Ini mengindikasikan ketertarikan berkelanjutan pada Ripple, terlepas dari kontroversi.
Komunitas XRP Army terbelah. Sebagian kecewa karena berharap stablecoin bisa memperkuat ekosistem, sementara lainya justru lega. "Lebih baik fokus memenangkan kasus SEC dulu. Jangan tambah masalah," tulis salah satu anggota forum XRP Chat.
Yang pasti, episode ini mengingatkan betapa rapuhnya pasar kripto terhadap rumor. Dalam hitungan jam, isu tanpa dasar bisa menggerakkan pasar senilai miliaran dolar.
Pelajaran untuk Industri Kripto
Transparansi vs. Sensasionalisme
Kasus Ripple menyoroti dilema klasik di dunia aset digital: bagaimana menyeimbangkan antisipasi pasar dengan akurasi informasi. Perusahaan seperti Tether dan Circle rutin berkomunikasi dengan publik melalui laporan audit bulanan.
Garlinghouse sendiri mengakui perlunya perubahan budaya. "Industri kita perlu dewasa. Bukan hanya tentang teknologi, tapi juga membangun kepercayaan," katanya dalam konferensi Consensus 2023.
Bagi investor retail, insiden ini menjadi pengingat: selalu verifikasi sebelum bereaksi. Seperti kata pepatah lama di Wall Street, "Belilah berdasarkan rumor, jual berdasarkan fakta"—tapi di era kripto, keduanya bisa sama-sama berbahaya.
#Ripple #XRP #Stablecoin #Kripto #SEC

