Mengapa Pekerjaan Penguji SIM Kini 'Cukup Tidak Dihargai' dan Memicu Gelombang Pengunduran Diri

Kuro News
0

Penguji SIM di Inggris menghadapi krisis pengunduran diri akibat ancaman kekerasan, beban target tinggi, dan sistem digital yang kaku. Profesi ini

Thumbnail

Mengapa Pekerjaan Penguji SIM Kini 'Cukup Tidak Dihargai' dan Memicu Gelombang Pengunduran Diri

illustration

📷 Image source: i.guim.co.uk

Krisis di Balik Kemudi: Gelombang Penguji yang Mengundurkan Diri

Tingkat stres tinggi dan tekanan tanpa henti membuat profesi penguji mengemudi kehilangan daya tariknya

Bayangkan pekerjaan di mana Anda harus membuat keputusan yang mengubah hidup orang lain, seringkali di bawah tatapan penuh tekanan dan emosi yang meluap. Itulah kenyataan sehari-hari bagi para penguji mengemudi di Inggris, dan semakin banyak dari mereka yang memilih untuk berhenti. Menurut laporan theguardian.com, profesi ini sedang mengalami krisis retensi yang serius, dengan para penguji menggambarkan pekerjaan mereka sebagai 'cukup tidak dihargai'.

Seorang penguji yang telah mengundurkan diri, Steve, bercerita kepada theguardian.com tentang momen yang membuatnya memutuskan untuk keluar. Ia menguji seorang kandidat yang, setelah gagal, mengancam akan membunuhnya. Insiden mengerikan ini bukanlah satu-satunya. Penguji lain, James, mengaku pernah diancam dengan pisau. Lingkungan kerja yang penuh dengan potensi kekerasan dan tekanan psikologis ini menjadi alasan utama banyak orang meninggalkan peran tersebut.

Beban Kerja yang Tak Tertahankan dan Target yang Tidak Realistis

Tuntutan untuk menyelesaikan ratusan tes per tahun menciptakan tekanan ekstrem pada penguji

Di balik stres dari interaksi langsung dengan kandidat, terdapat beban administratif dan target kinerja yang membebani. Laporan theguardian.com menyatakan bahwa para penguji diharapkan untuk menyelesaikan hingga 7 tes dalam sehari, yang berarti membuat keputusan penting setiap 50 menit tanpa jeda yang berarti. Dalam setahun, seorang penguji bisa menangani sekitar 1.500 tes.

Target yang padat ini sering kali membuat penguji merasa seperti 'mesin', di mana kuantitas diutamakan di atas kualitas penilaian yang teliti. Mereka hampir tidak memiliki waktu untuk istirahat yang layak di antara tes, apalagi untuk menangani tekanan emosional dari hasil tes yang mengecewakan bagi kandidat. Ritme kerja yang terus-menerus seperti ini mengikis ketahanan mental bahkan dari penguji yang paling berpengalaman sekalipun.

Dampak Pandemi dan Teknologi: Memperparah Kondisi yang Sudah Rentan

Akumulasi tekanan dari masa lockdown dan sistem digital yang kaku mempercepat keputusan untuk keluar

Krisis ini telah lama mengendap, tetapi pandemi Covid-19 bertindak sebagai katalisator yang mempercepatnya. Selama lockdown, ribuan tes tertunda, menciptakan backlog yang sangat besar. Ketika layanan dibuka kembali, para penguji dihadapkan pada tekanan ekstra untuk membersihkan antrean tersebut, seringkali dengan risiko kesehatan mereka sendiri di awal.

Selain itu, menurut theguardian.com, penerapan sistem penilaian digital baru justru menambah beban. Sistem ini dirasakan kaku dan membatasi penilaian profesional penguji, memaksa mereka untuk mengikuti checklist ketat alih-alih mengandalkan keahlian dan intuisi mereka yang telah terasah. Perubahan teknologi yang seharusnya mempermudah justru menjadi sumber frustrasi baru, membuat pekerjaan terasa semakin tidak manusiawi dan teralienasi.

Ancaman dan Kekerasan: Risiko Nyata di Tempat Kerja

Aspek paling mengkhawatirkan dari krisis ini adalah normalisasi ancaman dan kekerasan. Kisah Steve yang diancam pembunuhan bukanlah kasus terisolasi. Penguji lain bercerita tentang kandidat yang mengejar mobil mereka setelah gagal, atau menerima pelecehan verbal yang intens.

Lingkungan kerja ini menciptakan budaya ketakutan yang konstan. Penguji tidak hanya menilai kemampuan berkendara; mereka juga harus terus-menerus waspada terhadap reaksi emosional kandidat yang bisa berubah menjadi agresi. Tanpa dukungan keamanan yang memadai atau mekanisme penanganan insiden yang efektif, banyak penguji merasa sendirian dan tidak terlindungi, yang pada akhirnya merusak kesehatan mental dan motivasi mereka untuk tetap bertahan.

Upah vs Beban Tanggung Jawab: Ketimpangan yang Mencolok

Gaji yang stagnan tidak sebanding dengan tekanan dan risiko yang dihadapi setiap hari

Pertanyaan retoris yang mungkin diajukan: apakah gaji mereka sebanding dengan tanggung jawab hidup-mati yang mereka pegang? Menurut informasi dari theguardian.com, gaji awal untuk penguji mengemudi berada di kisaran £23,000 hingga £24,000 (sekitar Rp 450 juta hingga Rp 470 juta per tahun). Angka ini dianggap rendah oleh banyak penguji mengingat kompleksitas dan tekanan pekerjaan.

Mereka memegang kunci bagi individu untuk mendapatkan kemandirian mobilitas, yang secara langsung mempengaruhi prospek pekerjaan dan kehidupan sosial seseorang. Namun, keputusan besar ini seringkali harus dibuat dalam waktu singkat, di bawah pengawasan publik, dengan konsekuensi yang bisa memicu konflik. Banyak yang merasa bahwa kompensasi finansial tidak lagi mencerminkan besarnya beban emosional dan profesional yang harus mereka tanggung.

Efek Domino: Kekurangan Penguji dan Masa Tunggu Tes yang Membludak

Gelombang pengunduran diri ini bukan tanpa konsekuensi bagi masyarakat. Kekurangan staf penguji yang akut secara langsung menyebabkan masa tunggu tes mengemudi yang sangat panjang di seluruh Inggris. Calon pengemudi, yang sudah frustrasi karena penundaan akibat pandemi, kini harus menunggu berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun untuk mendapatkan jadwal tes.

Antrean yang panjang ini menciptakan siklus yang merusak: tekanan pada penguji yang tersisa semakin meningkat karena mereka harus bekerja lebih keras untuk mengurangi backlog, yang pada gilirannya mendorong lebih banyak lagi penguji untuk mengundurkan diri. Situasi ini menjebak layanan pengujian mengemudi nasional dalam spiral negatif yang sulit diputus.

Mencari Solusi: Apakah Ada Jalan Keluar dari Krisis?

Seruan untuk perbaikan kondisi kerja, keamanan, dan pengakuan terhadap profesi

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk membalikkan tren ini? Para penguji yang diwawancarai oleh theguardian.com mengisyaratkan beberapa hal. Pertama, adalah keamanan. Mereka membutuhkan langkah-langkah konkret untuk melindungi diri dari ancaman dan kekerasan, baik berupa prosedur yang lebih baik, pelatihan, atau bahkan kehadiran personel keamanan di lokasi tes.

Kedua, beban kerja harus ditinjau ulang. Target 7 tes per hari dinilai tidak berkelanjutan dan mengorbankan kesejahteraan penguji serta kualitas penilaian. Mengurangi target harian dan memberikan lebih banyak waktu di antara tes untuk pemulihan mental bisa menjadi langkah awal. Terakhir, perlu ada pengakuan yang lebih besar atas nilai profesional mereka. Ini bisa berupa remunerasi yang lebih baik, tetapi juga penghargaan terhadap keahlian dan penilaian profesional mereka, daripada mengurung mereka dalam sistem digital yang kaku.

Masa Depan Pengujian Mengemudi: Refleksi atas Nilai sebuah Profesi

Krisis yang melanda para penguji mengemudi ini lebih dari sekadar masalah ketenagakerjaan di sektor publik. Ini adalah cerita tentang sebuah profesi penting yang menjadi korban dari beban yang tidak terlihat. Mereka adalah garda terdepan yang memastikan keamanan di jalan raya, namun pekerjaan mereka sering kali dipandang sebagai prosedur birokrasi belaka.

Gelombang pengunduran diri yang terjadi, seperti dilaporkan theguardian.com pada 21 Desember 2025, adalah tanda peringatan yang nyata. Ini menunjukkan bahwa ketika tekanan, risiko, dan kurangnya penghargaan mencapai titik puncak, bahkan peran yang vital bagi masyarakat pun bisa menjadi tidak tertahankan. Masa depan keamanan jalan raya mungkin bergantung pada bagaimana kita menilai kembali dan mendukung para individu yang duduk di kursi penumpang, membuat keputusan sulit yang menentukan siapa yang layak mendapatkan kemudi. Tanpa perubahan mendasar, jalan di depan bagi profesi ini tampaknya akan tetap berliku dan penuh lubang.


#PengujiSIM #KrisisTenagaKerja #LingkunganKerja #AncamanKekerasan #BebanKerja

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Out
Ok, Go it!
To Top