Fed Beri Sinyal Hentikan Pengetatan Moneter Sambil Turunkan Suku Bunga

Kuro News
0

Fed turunkan suku bunga 25 basis points dan sinyal hentikan quantitative tightening sebagai respons perlambatan ekonomi. Kebijakan guna jaga

Thumbnail

Fed Beri Sinyal Hentikan Pengetatan Moneter Sambil Turunkan Suku Bunga

illustration

📷 Image source: images.ft.com

Langkah Strategis The Fed di Tengah Gejolak Ekonomi

Keputusan bersejarah gabungkan penurunan suku bunga dengan rencana penghentian QT

Federal Reserve mengambil langkah monumental dengan mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis points sambil memberi sinyal akan menghentikan program pengurangan neraca atau quantitative tightening (QT). Keputusan ganda ini mencerminkan respons bank sentral AS terhadap perlambatan ekonomi dan tekanan di pasar keuangan. Menurut ft.com, komite pasar terbuka Federal Reserve menyepakati penyesuaian kebijakan moneter dalam pertemuan terakhir mereka.

Laporan menyatakan bahwa The Fed akan segera menghentikan proses pengurangan aset senilai triliunan dolar yang telah berlangsung sejak 2022. Kebijakan QT ini sebelumnya dirancang untuk menyerap likuiditas berlebih dari sistem keuangan pasca-pandemi. Namun dengan kondisi terkini, bank sentral memandang perlu untuk mengubah haluan guna menjaga stabilitas pasar.

Detail Penurunan Suku Bunga dan Dampaknya

Analisis mendalam tentang implikasi 25 basis points bagi pasar global

Penurunan suku bunga sebesar seperempat poin persentase menandai pergeseran signifikan dalam pendekatan moneter The Fed. Tingkat dana federal sekarang berada dalam kisaran 4,75-5,00%, turun dari level tertinggi dalam dua dekade. Keputusan ini diambil setelah serangkaian pertemuan intensif yang mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi.

Menurut ft.com, para ekonom memperkirakan langkah ini akan memberikan stimulus bagi sektor properti dan konsumsi di AS. Namun yang lebih menarik, bank sentral tampaknya membuka ruang untuk penurunan lebih lanjut jika kondisi ekonomi memburuk. Bagaimana respons pasar terhadap keputusan bersejarah ini? Tampaknya investor menyambut positif langkah The Fed dengan menguatnya indeks saham utama sesaat setelah pengumuman.

Mengapa Quantitative Tightening Dihentikan?

Penjelasan teknis tentang program pengurangan neraca dan alasannya

Program quantitative tightening yang dimulai pada Juni 2022 telah mengurangi aset The Fed dari puncak nearly $9 triliun menjadi sekitar $7,5 triliun. Proses ini dilakukan dengan membiarkan sekuritas Treasury dan mortgage-backed securities jatuh tempo tanpa reinvestasi. Namun menurut laporan ft.com, bank sentral kini melihat risiko yang timbul dari pengetatan berkelanjutan.

Para analis mencatat bahwa penghentian QT diperlukan untuk mencegah tekanan berlebihan pada pasar repo dan menjaga kelancaran fungsi pasar keuangan. The Fed khawatir bahwa terus mengurangi likuiditas bisa memicu volatilitas yang tidak diinginkan, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan pertumbuhan global. Keputusan ini menunjukkan prioritas baru: stabilitas sistem keuangan di atas normalisasi kebijakan.

Respons Pasar dan Reaksi Investor

Bagaimana dunia keuangan merespons perubahan kebijakan ganda ini

Pasar bereaksi cepat terhadap pengumuman The Fed dengan reli di berbagai sektor. Indeks S&P 500 dan Dow Jones menunjukkan penguatan signifikan, sementara imbal hasil Treasury turun di berbagai tenor. Menurut ft.com, investor menafsirkan langkah ini sebagai upaya proaktif mencegah resesi tanpa memicu overheating ekonomi.

Yang menarik, dolar AS melemah terhadap major currencies setelah pengumuman, memberikan kelegaan bagi emerging markets yang terbebani oleh mata uang kuat AS. Para trader kini memfokuskan perhatian pada implementasi konkret penghentian QT dan timeline yang akan diterapkan The Fed. Apakah ini awal dari siklus pelonggaran moneter yang berkelanjutan? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Dampak bagi Ekonomi Indonesia dan Regional

Implikasi kebijakan The Fed terhadap pasar emerging markets Asia

Keputusan The Fed membawa angin segar bagi ekonomi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Melemahnya dolar AS mengurangi tekanan pada mata uang regional, termasuk rupiah, yang selama ini terbebani oleh arus modal keluar. Bank Indonesia kemungkinan akan mendapat ruang lebih besar untuk menjaga stabilitas nilai tukar tanpa perlu intervensi agresif.

Menurut analisis ft.com, emerging markets biasanya mendapat manfaat dari lingkungan suku bunga rendah di AS karena mendorong aliran modal masuk mencari yield yang lebih tinggi. Namun yang perlu diwaspadai, pelonggaran moneter The Fed juga mencerminkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global yang bisa berdampak pada ekspor negara-negara Asia. Bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi perkembangan ini? Kebijakan fiskal yang prudent tetap diperlukan untuk mengantisipasi berbagai skenario.

Proyeksi Ekonomi dan Pandangan The Fed

Apa yang diungkapkan proyeksi ekonomi terbaru bank sentral AS

The Fed merilis proyeksi ekonomi terbaru yang menunjukkan revisi pertumbuhan GDP dan inflasi untuk tahun 2025. Meskipun detail proyeksi tidak diungkapkan lengkap dalam laporan ft.com, tampaknya bank sentral mempertimbangkan faktor-faktor seperti ketegangan perdagangan global dan kondisi pasar tenaga kerja.

Yang patut diperhatikan, The Fed tampaknya lebih concerned dengan risiko pertumbuhan dibanding tekanan inflasi dalam jangka pendek. Pergeseran fokus ini yang mendasari keputusan untuk menggabungkan penurunan suku bunga dengan penghentian QT. Para anggota komite diperkirakan akan terus memantau data ekonomi real-time untuk menentukan langkah selanjutnya. Apakah kita akan melihat lebih banyak penurunan suku bunga di masa depan? Itu tergantung pada perkembangan inflasi dan employment data bulan-bulan mendatang.

Perbandingan dengan Bank Sentral Lain

Bagaimana kebijakan The Fed dibandingkan ECB dan Bank of England

Keputusan The Fed menempatkan bank sentral AS sedikit di depan ECB dan Bank of England dalam siklus pelonggaran moneter. Menurut ft.com, bank sentral Eropa masih mempertahankan sikap hawkish karena tekanan inflasi yang lebih persistent di kawasan euro. Sementara Bank of England terjebak antara pertumbuhan stagnan dan inflasi yang sulit dikendalikan.

Perbedaan pendekatan ini mencerminkan kondisi ekonomi masing-masing wilayah yang tidak seragam. The Fed memiliki keleluasaan lebih besar karena inflasi AS sudah mendekati target 2%, sementara tenaga kerja tetap resilient. Namun koordinasi antar bank sentral tetap penting untuk mencegah dislokasi pasar valas yang berlebihan. Bagaimana respons bank sentral lain? Mereka kemungkinan akan menunggu melihat efektivitas langkah The Fed sebelum membuat keputusan serupa.

Implikasi Jangka Panjang dan Risiko yang Dipertimbangkan

Apa arti perubahan kebijakan ini untuk stabilitas sistem keuangan global

Keputusan The Fed menghentikan QT sambil menurunkan suku bunga membawa implikasi mendalam untuk arsitektur keuangan global. Menurut analisis ft.com, bank sentral secara efektif mengakui bahwa normalisasi kebijakan pasca-krisis harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari guncangan sistemik. Pengalaman tahun 2019, ketika QT memicu krisis repo, jelas menjadi pelajaran berharga.

Namun ada risiko yang perlu diwaspadai: apakah likuiditas berlebihan akan memicu bubble asset baru? Dan bagaimana The Fed akan menangani inflasi jika tiba-tiba melonjak kembali? Bank sentral tampaknya percaya bahwa mereka memiliki tools yang memadai untuk merespons berbagai skenario. Yang jelas, era normalisasi kebijakan moneter pasca-pandemi memasuki babak baru dengan prioritas yang lebih seimbang antara pengendalian inflasi dan stabilitas finansial. ft.com, 2025-10-29T18:31:36+00:00


#Fed #SukuBunga #Ekonomi #PasarKeuangan #KebijakanMoneter

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Out
Ok, Go it!
To Top