Kabel Bawah Laut Laut Merah Terputus, Layanan Azure Microsoft Terdampak
📷 Image source: techcrunch.com
Insiden Kritis di Bawah Laut
Gangguan Infrastruktur Digital Global
Microsoft mengonfirmasi gangguan pada layanan Azure setelah kabel komunikasi bawah laut di Laut Merah mengalami kerusakan. Insiden ini terjadi pada 7 September 2025 menurut techcrunch.com, dan langsung memengaruhi konektivitas data antara Eropa, Asia, dan Afrika.
Laut Merah merupakan salah satu jalur kabel bawah laut tersibuk di dunia, dengan puluhan kabel fiber optik menghubungkan tiga benua. Kerusakan pada titik ini berpotensi mengganggu aliran data global yang mendukung segala hal dari cloud computing hingga komunikasi internasional.
Dampak Langsung pada Layanan Azure
Microsoft Akui Gangguan Terbatas
Microsoft menyatakan bahwa beberapa layanan Azure mengalami penurunan kinerja atau ketidaktersediaan parsial. Perusahaan tidak merinci secara spesifik wilayah atau layanan mana yang paling terdampak, tetapi menegaskan bahwa insiden ini terisolasi pada rute tertentu.
Tim teknik Microsoft dikabarkan telah bekerja sama dengan penyedia kabel laut dan otoritas setempat untuk mempercepat perbaikan. Namun, belum ada estimasi waktu pemulihan yang diberikan kepada publik, mengingat kompleksitas perbaikan kabel di kedalaman laut.
Penyebab Kerusakan Kabel
Tantangan Investigasi di Bawah Laut
Penyebab pasti kerusakan kabel masih dalam investigasi. Techcrunch.com melaporkan bahwa insiden diduga terkait dengan aktivitas maritim atau lingkungan, meskipun tidak ada konfirmasi resmi apakah hal ini disengaja atau tidak.
Kabel bawah laut rentan terhadap berbagai risiko, termasuk jangkar kapal, kegiatan penangkapan ikan, gempa bumi, atau bahkan sabotase. Laut Merah sendiri merupakan wilayah dengan lalu lintas kapal padat dan kondisi geologis yang aktif.
Dampak pada Pengguna Cloud
Bisnis dan Layanan Terhambat
Pengguna Azure, terutama yang bergantung pada pertukaran data lintas benua, melaporkan latensi tinggi atau kegagalan koneksi. Perusahaan yang menggunakan layanan hybrid cloud atau arsitektur multi-region menjadi yang paling merasakan dampaknya.
Banyak organisasi terpaksa mengalihkan lalu lintas data melalui rute alternatif, seperti kabel yang melalui Samudra Hindia atau Terusan Suez. Namun, opsi ini seringkali memiliki kapasitas lebih terbatas dan biaya lebih tinggi.
Respons Microsoft dan Mitigasi
Pemulihan Berjalan Bertahap
Microsoft telah mengaktifkan protokol darurat untuk meminimalkan dampak pada pelanggan. Mereka menggunakan cadangan kabel dan jaringan alternatif untuk menjaga layanan inti tetap berjalan, meski dengan kapasitas terbatas.
Perusahaan juga meningkatkan pemantauan jaringan dan berkoordinasi dengan penyedia layanan internet (ISP) global untuk mengoptimalkan rute data. Langkah-langkah ini bertujuan mencegah gangguan yang lebih luas pada ekosistem digital.
Konteks Geopolitik Laut Merah
Jalur Vital yang Rentan
Laut Merah merupakan titik strategis dalam infrastruktur digital global. Sekitar 17% lalu lintas internet dunia melewati kabel-kabel di wilayah ini, menghubungkan pusat data di Eropa dengan pasar growing di Asia dan Afrika.
Wilayah ini juga dikenal dengan tantangan keamanan maritim, termasuk konflik regional dan aktivitas militer. Kerentanan kabel bawah laut di sini telah lama menjadi perhatian para analis keamanan siber dan infrastruktur kritis.
Sejarah Insiden Kabel Bawah Laut
Pelajaran dari Gangguan Serupa
Ini bukan pertama kalinya kabel bawah laut mengalami kerusakan di Laut Merah. Pada 2008, tiga kabel utama terputus secara bersamaan, menyebabkan gangguan internet masif di Timur Tengah dan Asia Selatan selama beberapa hari.
Insiden serupa juga terjadi di wilayah lain, seperti di Laut Mediterania dan Selat Taiwan. Setiap kejadian memperlihatkan betapa rapuhnya infrastruktur digital global yang bergantung pada jalur fisik tertentu.
Tantangan Perbaikan Kabel Bawah Laut
Proses Rumit dan Berbiaya Tinggi
Memperbaiki kabel bawah laut yang rusak adalah operasi teknis yang sangat kompleks. Kapal khusus harus dikerahkan untuk menemukan titik kerusakan di kedalaman ratusan bahkan ribuan meter, lalu mengangkat kabel ke permukaan untuk diperbaiki.
Biaya perbaikan bisa mencapai jutaan dolar AS, belum lagi waktu yang dibutuhkan yang bisa berkisar dari hari hingga minggu tergantung kondisi laut dan lokasi kerusakan. Faktor cuaca dan izin maritim juga sering menjadi penghambat.
Dampak Ekonomi Gangguan Konektivitas
Kerugian Bisnis dan Produktivitas
Gangguan pada kabel bawah laut dapat menyebabkan kerugian ekonomi signifikan. Menurut berbagai studi, setiap jam gangguan internet global dapat menghilangkan puluhan juta dolar AS dalam aktivitas ekonomi, terutama di sektor e-commerce, keuangan, dan layanan digital.
Bisnis yang bergantung pada cloud computing untuk operasional harian terpaksa mencari solusi darurat, yang seringkali kurang efisien dan meningkatkan biaya operasi. Dampak jangka panjangnya bisa termasuk hilangnya kepercayaan pelanggan.
Masa Depan Infrastruktur Kabel Bawah Laut
Diversifikasi dan Teknologi Baru
Insiden ini menyoroti pentingnya diversifikasi rute kabel bawah laut. Banyak perusahaan teknologi dan telekomunikasi kini berinvestasi dalam rute alternatif, termasuk kabel yang melalui Kutub Utara atau jalur darat menggunakan fiber optik terrestrial.
Teknologi kabel juga terus berkembang, dengan kabel generasi baru yang memiliki redundansi lebih baik dan kemampuan perbaikan diri. Namun, tantangan geografis dan politik tetap menjadi faktor pembatas dalam pengembangan infrastruktur ini.
Perspektif Pembaca
Bagaimana pengalaman Anda dengan ketergantungan pada layanan cloud selama insiden infrastruktur seperti ini? Apakah organisasi Anda memiliki rencana cadangan untuk menghadapi gangguan konektivitas internasional?
Kami ingin mendengar perspektif Anda tentang pentingnya redundansi jaringan dan bagaimana bisnis di Indonesia dapat mempersiapkan diri menghadapi kerentanan infrastruktur digital global.
#Microsoft #Azure #KabelBawahLaut #LautMerah #CloudComputing

