Saham Tesla Masuki Periode Terlemah Tahun Ini: Ancaman Jatuh ke US$200?
📷 Image source: assets.finbold.com
Gelombang Penjualan yang Tak Terhindarkan
Pola Musiman dan Tekanan Pasar
Sejak 2010, saham Tesla (TSLA) secara konsisten menunjukkan kinerja buruk antara Juli dan September. Data dari Bespoke Investment Group mengungkapkan: rata-rata penurunan harga saham Tesla di kuartal ketiga mencapai 5,7%. Tahun ini, pola itu kembali muncul dengan sentimen pasar yang semakin muram.
Faktor musiman bukan satu-satunya penyebab. Analis Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut kombinasi kekhawatiran permintaan global, persaingan di China, dan volatilitas harga baterai lithium sebagai 'badai sempurna'. Pada 11 Juli 2023, saham TSLA tercatat di US$269, turun 12% hanya dalam sebulan.
Target US$200: Realistis atau Alarmis?
Perpecahan di Kalangan Analis
Gary Black dari Future Fund mengingatkan bahwa valuasi Tesla masih 60% lebih tinggi daripada rata-rata industri otomotif. 'Pasar mulai mempertanyakan premium growth yang selama ini melekat pada TSLA,' tulisnya di Twitter pada 9 Juli.
Namun, pendukung Tesla seperti Cathie Wood dari ARK Invest bersikukuh bahwa teknologi otonom dan penyimpanan energi akan mendorong rebound. Proyeksi ARK malah menargetkan harga US$2.000 per saham pada 2027. Jarak antara prediksi bearish dan bullish ini mencerminkan ketidakpastian ekstrem di sekitar Tesla.
Ujian Bagi Elon Musk
Antara Inovasi dan Distraksi
CEO Elon Musk kini menghadapi tekanan ganda. Di satu sisi, produksi Cybertruck dan ekspansi pabrik Mexico harus berjalan mulus. Di lain pihak, aktivitasnya di Twitter dan Space X menuai kritik dari investor yang khawatir ia 'kehilangan fokus'.
Pernyataan kontroversial Musk tentang AI dan kebijakan kerja remote juga memicu gejolak. Seorang manajer portofolio di S&P Global yang enggan disebut namanya berkomentar: 'Investor mulai lelah dengan drama pribadi Musk. Mereka ingin bukti konkret margin profit yang stabil.'
Dampak ke Pasar EV Global
Efek Domino yang Mengintai
Sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik, fluktuasi Tesla berdampak langsung pada seluruh industri. Saham Rivian dan Lucid turut terkoreksi 8% dan 11% sepanjang Juni 2023.
Di China, BYD justru mencatat rekor penjualan 253.000 unit pada Juni—naik 88% year-on-year. Keberhasilan BYD mempertajam persaingan di pasar terbesar Tesla di luar AS. 'Ini bukan lagi soal siapa yang lebih inovatif, tapi siapa yang bisa produksi massal dengan margin sehat,' kata Zhang Xiang, analis otomotif di Beijing.
Apa yang Bisa Diselamatkan Investor?
Bagi pemegang saham retail, periode volatilitas ini menjadi ujian kesabaran. Beberapa strategi mulai muncul: dari dollar-cost averaging hingga lindung nilai dengan opsi.
Yang pasti, Tesla bukan lagi 'startup disruptif' melainkan perusahaan mapan dengan kapitalisasi pasar US$850 miliar. Pertanyaannya sekarang: apakah ia bisa mempertahankan narasi growth-nya, atau akan diperlakukan seperti raksasa otomotif konvensional? Jawabannya akan menentukan nasib TSLA—dan seluruh industri EV—hingga akhir 2023.
#Tesla #Saham #Investasi #Ekonomi #Otomotif

